Saat berada di kaki kawah Gunung Bromo, kita akan melewati satu bangunan besar saat menuju Kawah Bromo. Inilah Pura Luhur Poten, Pura yang menjadi tempat ibadah utama penganut Hindu Tengger. termasuk nanti saat merayakan Hari Yadnya Kasada. Desain arsitekturnya memadukan budaya Jawa dan Bali. Berdiri gagah dengan latar belakang Gunung Bathok.
Pura ini selain untuk ibadah umat Hindu Tengger, juga kerap didatangi untuk ziarah dari penganut Hindu Dharma baik dari Bali atau Lombok. Pengunjung Bromo di hari biasa hanya bisa menyambangi bagian luarnya saja, berbeda saat acara adat, terutama saat Kasada.
Info Singkat
- Nama resmi: Pura Luhur Poten Bromo
- Lokasi: Lautan Pasir, Kawasan Gunung Bromo, TNBTS
- Koordinat: 8.017°S, 112.917°E
- Luas TNBTS: ±50.276 hektar
- Kalender acara utama: Upacara Yadnya Kasada (Juli)
- Suku penjaga tradisi: Suku Tengger
Pura Luhur Poten menjadi pusat utama kegiatan spiritual umat Hindu Tengger. Setiap tahun, mereka melaksanakan upacara Yadnya Kasada, upacara persembahan untuk memohon berkah dan keselamatan dari Dewa Gunung Bromo. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan kini diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Highlight Pura Luhur Poten di Kawah Bromo
- Satu-Satunya Bangunan Permanen di Lautan Pasir Bromo, Bangunan ini adalah bangunan besar permanen yang ada di Lautan Pasir Bromo
- Kita melewatinya saat ke Kawah Bromo, Pura Luhur Poten bisa kita lewati saat menuju kawah Bromo dari parkiran jeep. Jalan kaki atau sewa kuda.
- Pusat Aktivitas Kasada, Para Pandita Tengger mengawali acara Yadnya Kasada dari Pura Luhur Poten ini.
- Penanda Spiritual Masyarakat Tengger,Pura ini adalah penanda spiritual agama Hindu Tengger. Satu-satunya di wilayah Hindu Tengger
- Menyaksikan Keindahan Alam sekitar Pura, Dengan latar belakang Gunung Bathok, di samping Gunung Bromo. Tempat yang tepat untuk diabadikan.
Isi Konten Pura Luhur Poten
- Pesona Spiritual di Tengah Alam Bromo
- Sejarah Pura Luhur Poten
- Arsitektur Khas Hindu Tengger
- Yadnya Kasada, Ritual Abadi di Kaki Gunung
- Makna dan Peran bagi Masyarakat Tengger
- Panduan Wisata ke Pura Luhur Poten
- Makna Filosofis dan Pesan Spiritual
- Kunjungan Umat Hindu Bali ke Pura Luhur Poten
1. Pesona Spiritual di Tengah Alam Bromo
Di tengah hamparan pasir kelabu Gunung Bromo, berdiri Pura Luhur Poten , simbol kesucian dan keteguhan iman masyarakat Suku Tengger. Pura ini seolah menegaskan bahwa Bromo bukan hanya destinasi alam, tetapi juga ruang spiritual yang hidup.
Suara angin yang berdesir di lautan pasir sering berpadu dengan kidung suci dan aroma dupa dari pelataran pura. Di sinilah umat Hindu Tengger melakukan sembahyang dan memohon berkah kepada Sang Hyang Widi Wasa, sembari memelihara tradisi yang telah bertahan selama berabad-abad.
“Di tengah lautan pasir Bromo, pura ini menjadi saksi keseimbangan antara alam dan doa.”
2. Sejarah Pura Luhur Poten
Pura Luhur Poten tidak muncul begitu saja. Ia lahir dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan leluhur masyarakat Tengger yang dipercaya menurunkan suku ini. Nama “Tengger” sendiri berasal dari gabungan dua kata: Anteng dan Seger , simbol keharmonisan dan keseimbangan. Spiritual, Pura Luhur Poten juga menjadi representasi identitas masyarakat Tengger yang memegang teguh prinsip Tri Hita Karana , harmoni antara Tuhan, manusia, dan alam.
Pura Luhur Poten dibangun pada tahun 2000 melalui semangat gotong royong umat Hindu Tengger, sebagai wujud kebangkitan spiritual setelah masa reformasi ajaran Hindu Dharma di wilayah Tengger. Pura ini berdiri di atas tanah yang disebut Poten, area suci yang sejak ratusan tahun sebelumnya telah digunakan oleh masyarakat Buda Tengger untuk melaksanakan upacara Labuh Kasada.
Nama Poten sendiri memiliki makna mendalam, berasal dari ungkapan empot-empoting ati, yang berarti “hati yang paling dalam” , simbol dari ketulusan dan kesungguhan dalam memuja Sang Hyang Widi Wasa. Setiap tahun, hari berdirinya pura ini diperingati pada tanggal 14 bulan Kasada dalam kalender Saka Tengger, tepat pada siang hari menjelang upacara suci Labuh Kasada, menjadikannya momen sakral yang mempererat hubungan spiritual masyarakat Tengger dengan leluhur dan alam sekitarnya.
3. Arsitektur Khas Hindu Tengger
Berbeda dari pura-pura di Bali, arsitektur Pura Luhur Poten memiliki gaya yang sederhana dan tegas. Bahan bangunannya banyak menggunakan batu alam dan pasir vulkanik dari Bromo, memberi warna hitam alami yang menyatu dengan lanskap sekitarnya.
- Mandala Nista (zona luar): area persiapan sebelum memasuki kawasan suci.
- Mandala Madya (zona tengah): tempat berkumpul umat dan kegiatan upacara.
- Mandala Utama (zona dalam): area paling suci untuk sembahyang para pemangku dan dukun adat.
Letaknya yang berada di tengah Segara Wedi (Lautan Pasir) membuat pura ini tampak kontras dari kejauhan , sebuah simbol bahwa kesucian dapat berdiri di tengah keheningan dan kekuatan alam yang liar.
4. Yadnya Kasada, Ritual Abadi di Kaki Gunung
Upacara Yadnya Kasada merupakan puncak spiritual masyarakat Tengger. Diselenggarakan setiap tanggal 14 bulan Kasada dalam kalender Tengger (biasanya jatuh antara Juni–Juli), ritual ini adalah wujud syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa serta penghormatan kepada leluhur.
Prosesi dimulai di Pura Luhur Poten. Umat membawa hasil bumi, ternak, dan persembahan lainnya untuk diberkati, sebelum kemudian dibawa ke kawah Gunung Bromo untuk dilemparkan ke dalam kawah sebagai tanda pengorbanan dan permohonan keselamatan.
Suasana malam Kasada begitu sakral dan magis , ribuan orang memenuhi lautan pasir, cahaya obor berpadu dengan kabut dan aroma dupa. Banyak wisatawan datang khusus untuk menyaksikan prosesi ini, yang kini juga menjadi bagian dari Festival Eksotika Bromo, acara budaya yang menggabungkan ritual tradisi dan pertunjukan seni.
Catatan: Yadnya Kasada 2026 diperkirakan berlangsung pada awal Juli 2026, namun tanggal pastinya akan diumumkan oleh umat Hindu Tengger setempat.
5. Makna dan Peran bagi Masyarakat Tengger
Bagi masyarakat Tengger, Pura Luhur Poten bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat kehidupan sosial dan moral. Di sinilah berbagai ritus penting digelar , mulai dari nikah adat Tengger, hingga doa syukur panen.
Pura ini juga menjadi simbol persatuan berbagai desa Tengger yang tersebar di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang. Para dukun adat dan tetua masyarakat berperan penting menjaga kemurnian tradisi, memastikan bahwa setiap ritual dilakukan sesuai nilai leluhur.
Umat Hindu Tengger menganut aliran Hindu Mahayana yang berakar kuat pada tradisi lama dari era Majapahit. Ciri khas ajarannya adalah tidak mengenal sistem kasta, mencerminkan kehidupan sosial yang egaliter di kalangan masyarakat Tengger. Dalam praktik keagamaannya, pemujaan berpusat pada Dewa Brahma yang diyakini bersemayam di Gunung Bromo, tempat suci yang menjadi simbol utama penyembahan melalui Padmasana. Hingga kini, masyarakat Tengger tetap melestarikan berbagai warisan budaya Majapahit seperti tata cara bersaji, ritual persembahan, serta tarian suci yang menjadi bagian penting dari identitas spiritual mereka.
Meski arus wisata semakin kuat, masyarakat Tengger tetap menjaga batas: kawasan pura harus dijaga kesuciannya. Pengunjung boleh datang dan berfoto, tetapi diharapkan tetap menghormati waktu dan area sembahyang.
6. Panduan Wisata ke Pura Luhur Poten
Lokasi
Pura Luhur Poten terletak di tengah Lautan Pasir Gunung Bromo, di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Koordinatnya sekitar 8°01′S, 112°55′E, dengan ketinggian lebih dari 2.100 meter di atas permukaan laut.
Rute dan Akses
- Dari Malang atau Batu: ±3 jam via Tumpang – Gubugklakah – Jemplang – Lautan Pasir.
- Dari Probolinggo: ±2,5 jam via Sukapura – Cemoro Lawang.
- Dari Pasuruan: ±2,5 jam via Tosari – Wonokitri.
Kendaraan pribadi hanya boleh sampai pos batas. Selanjutnya, wisatawan wajib menggunakan jeep 4x4 menuju lautan pasir. Dari area parkir, pura bisa dijangkau dengan jalan kaki sekitar 10–15 menit.
Waktu Terbaik
- Subuh – pagi hari: cahaya matahari menembus kabut, menampakkan pura dan Gunung Batok secara dramatis.
- Juli (Yadnya Kasada): momen langka menyaksikan ritual adat besar.
Etika & Tips
- Gunakan pakaian sopan dan hindari suara keras.
- Jangan memasuki area utama pura tanpa izin.
- Jaga kebersihan: bawa kembali sampah.
- Bawa jaket tebal, masker debu, dan air minum.
- Cek status aktivitas vulkanik Bromo melalui situs resmi Balai Besar TNBTS sebelum berangkat.
7. Makna Filosofis dan Pesan Spiritual
Bromo bagi Tengger adalah pusat semesta , tempat di mana manusia berkomunikasi dengan alam dan para dewa. Pura Luhur Poten menjadi perwujudan filosofi Tri Hita Karana:
- Parhyangan , hubungan manusia dengan Tuhan.
- Pawongan , hubungan antarsesama manusia.
- Palemahan , hubungan manusia dengan alam.
Dari filosofi inilah masyarakat Tengger menjaga harmoni hidup. Wisatawan yang berkunjung bisa belajar bahwa perjalanan spiritual kadang dimulai dari kesederhanaan: langkah pelan di pasir, napas dingin pegunungan, dan doa yang bergema dalam hati.
8. Kunjungan Umat Hindu Bali ke Pura Luhur Poten
Pura Luhur Poten ini juga diziarahi oleh sebagian umat Hindu Bali. Ada beberapa trip yang mereka minta langsung ke Pura ini.
9. Penutup , Datanglah dengan Rasa Hormat
Mengunjungi Pura Luhur Poten Bromo bukan hanya tentang pemandangan, tetapi juga tentang penghormatan terhadap warisan budaya yang hidup. Setiap batu, setiap dupa yang terbakar, menyimpan kisah panjang tentang iman dan keteguhan masyarakat Tengger.
Ketika kamu berdiri di pelataran pura dan menatap kawah Bromo dari kejauhan, rasakan keheningannya , karena di sanalah, alam dan manusia bersatu dalam doa.






