Hari Raya Yadnya Kasada adalah upacara akbar untuk orang Tengger yang dilakukan di Gunung Bromo tiap tahun. Tahun ini jatuh di tanggal 10-11 Juni 2025. Hari Raya Yadnya Kasada atau sering disebut Kasada adalah persembahan kepada Sang Hyang Widhi oley penganut Hindu Budha Tengger. Acara ini dilakukan setiap bulan ke-12 hari ke 14 dalam penanggalan Tengger. Sehingga Taman Nasional Tengger Semeru untuk menghormati ritual adat ini menutup kunjungan wisatawan dari tanggal 10 hingga 13 Juni 2025.
Upacara ini juga sekaligus penghormatan untuk leluhur mereka Rara Anteng dan Jaka Seger yang disingkat jadi Tengger. Kisah pasangan leluhur orang Tengger ini selalu dibacakan Kepala Dukun Tengger saat hari Kasada. Cerita ini berawal dari pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger yang lama tidak dikaruniai keturunan. Mereka berdoa kepada Hyang Widhi dan berjanji akan mengorbankan anak bungsunya. Merekapun mempunyai anak, dan tidak menunaikan janjinya sampai jumlah anaknya 25 orang. Akhirnya anak bungsunya Raden Kusuma lenyap dan masuk kawah Gunung Bromo. "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo". Berangkat dari situlah masyarakat Tengger melakukan upacara Kasada setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur dan mengenang Raden Kusuma.
Upacara Hari Raya Yadnya Kasada atau Pujan Kasada ini ritual yang unik dan berlangsung dua hari. Yakni terdiri dari Labuh Kasada (acara di kawah Bromo) dan Pujan Kasada yang dilaksanakan sehari setelah Labuh Kasada.
Rangkaian Acara Yadnya Kasada
Prosesi Pelaksanaan Upacara Kasada diawali dari Pura Luhur Poten.Persiapan di Pura Luhur Poten. Pura Luhur Poten atau juga disebut Sanggar Agung Poten ini lokasinya di kaki Gunung Bromo di Tengah dan diapit beberapa Gunung. Saat ke Kawah Bromo dari parkiran jeep Bromo, kita akan melewati Pura Luhur Poten ini. Pura ini perbaduan gaya Jawa dan Bali.
Saat itu masyarakat Tengger akan berkumpul dan mempersiapkan sesaji yang akan dilarungkan ke kawah Gunung Bromo. Sesaji ini bentuknya adalah hasil bumi dan ternak warga bromo. Sesaji ini akan dilabuh ke kawah Bromo.
Membaca Kidung-Kidung dan Ngelukat. Upacara dimulai dengan pembacaan kidung-kidung religi dan prosesi ngelukat atau penyucian tempat sembahyang dan umat yang hadir di upacara Kasada.
Dukun Tengger juga akan membaca kitab suci Weda dan menceritakan kisah Rara Anteng dan Jaka Seger, yang menjadi asal-usul masyarakat Tengger dan awal mula upacara adat Kasada. Masyarakat Tengger sendiri mendiami empat kabupaten di Jawa Timur. Yakni Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang.
Sebelum melabuh, akan dilakukan Muspa atau Persembahyangan. Dilakukan persembahyangan atau muspa sebagai penghormatan kepada Sang Hyang Widhi di Pura Luhur Poten. Upacara ini dipandu oleh Dukun Tengger, sebagai pemimpin keagamaan Hindu Tengger.
Upacara Puncak Kasada adalah melabuh sesaji ke Kawah Bromo. Iring-iringan peserta Kasada akan membawa membawa sesaji berupa hasil bumi dan ternak ke kawah Gunung Bromo untuk dilarungkan. Paling dean adalah rombongan berpakaian putih. Acara melabuh sesaji ini mulai pukul 3-5 pagi, saat Bromo sangat dingin. Mereka tetap fokus dan terus melangkah sampai Puncak Bromo. Dari bibir kawah Bromo, sesaji dilabuh ke kawah. Banyak masyarakat tengger yang siap di bawah bibir kawah.
Sehari setelah labuh sesaji ada acara Selametan Desa. Ini dilakukan di masing desa-desa tengger sebagai bentuk syukur dan kebersamaan.